
Refleksi Pengusaha yang Mengubah Mimpi jadi Kenyataan
Karena saya dimensyen beberapa orang terkait masa lalu, maka saya putuskan menulis suatu refleksi sederhana. Judulnya : Dear UKM. Di sini saya tidak bermaksud menggurui, tapi sekadar berbagi saja.
Di sini saya juga tidak akan menyalah-nyalahkan atau membenarkan siapa. Juga tidak copras-capres. Semata-mata berbagi, karena sering sekali orang tanya saya jika ada masalah serupa. Ini juga wujud terima kasih saya kepada semua pihak yang sudah banyak bantuin dan doain.
Tidak bisa saya sebut satu-satu saking banyaknya. We thank you all. Oke. Sebagian besar circle saya (halah, circle) mengetahui. 2 tahun lalu sesuatu telah terjadi dengan bisnis saya. Tanggal-tanggal dan bulan ini. Thanks facebook. “What happened on this day”, sangat membantu. Seperti biasa, kita bisa memilih. Mana memori yang mau kita kenang, mana yang kita buang.
1. Jangan Takut Hadapi Mimpi Buruk
Dear UKM, masing-masing kita tentu punya cita-cita. Punya mimpi mau sebesar apa usaha kelak. Seiring waktu, euforia kita di seminar, segera tersadarkan kenyataan di lapangan. Mimpi itu kadang muncul, kadang juga tenggelam. Kalau omzet lagi lumayan, mimpi indah kembali hadir.
Saat order berantakan, mimpi buruklah yang hadir. Tahukah, dear UKM? Ini adalah proses yang wajar. Saat mimpi buruk itulah, kita sesungguhnya sedang diuji, apakah kita benar-benar yakin dengan mimpi yang kita ucapkan atau tulis. Jangan salahkan juga, jika untuk membuktikan keyakinan, kita bisa diuji sekeras-kerasnya. Siap?
2. Mentalitas yang Membedakan Pebisnis Juara dan “Korban”
Dear UKM, tentang mentalitas. Ada sebuah cerita yang populer. Tentang bayi singa yang tersesat di hutan, lalu ditemukan induk kambing. Diberinya makanan sebagaimana makanan anak-anak kambing lainnya, hingga singa tumbuh sehat.
Sejak saat itu, bayi singa memanggil induk kambing dengan : Ibu. Saat besar, anak singa bertemu dengan kawanannya. Mengherankan, karena singa tak mau lagi disebut singa. Kasih sayang dan kehidupan sehari-hari bersama induk kambing bertahun-tahun, ternyata mengubah jati diri singa. Tak ada lagi karakter raja hutan, yang ada adalah karakter kambing.
Seringkali sebagai UKM, memposisikan diri sebagai pihak yang harus dibantu. Perlu menerima uluran tangan. Bahkan tragisnya, terus meminta fasilitas. Tangan di bawah. Salahkah? Tentu saja tak selalu salah.
Tapi, dear UKM, inilah mentalitas berbahaya. Sekali waktu, kita bisa menggunakan fasilitas bantuan, misal dari pemerintah. Tapi terlalu sering menggunakan fasilitas bantuan, tak terasa bisa membuat kita jadi manja.
Bantuan atau fasilitas sebetulnya ibarat senjata, yang bisa kita pakai sewaktu-waktu. Tapi ia bukanlah bekal, untuk hidup sehari-hari kita. Bekal sehari-hari UKM adalah darah segar bernama CASH. Untuk tahu ini, yang kita perlu adalah kompetensi.
Untuk memperoleh kompetensi, jadilah pembelajar yang tidak mudah mengandalkan bantuan-bantuan. Menjadi pembelajar mandiri. Terlalu merasa diri menjadi orang yang wajib dibantu, juga bisa menyebabkan kemunduran karakter.
Kita cenderung tidak mau disalahkan dan menempatkan diri menjadi “korban”. Saya berkeyakinan, rizki sudah ada yang mengatur. Kita bisa hidup dengan kerja keras tangan kita sendiri, dengan ilmu yang kita terus cari dan tuntut.
3. Pentingnya Membangun Hubungan Baik dalam Bisnis
Dear UKM, adalah soal hubungan baik. Kita lahir dengan karakter masing-masing. Kemudian berinteraksi dengan banyak orang, membentuk karakter kita yang baru. Menjadi UKMer yang mandiri sekalipun, tidak berarti kita tidak memerlukan pihak lain. Ingat, kita akan selalu memerlukan bantuan orang lain, dalam porsinya masing-masing. Inilah jawaban mengapa kita perlu hubungan baik.
Bangun hubungan baik dengan siapapun, dalam ekosistem usaha kita. Karyawan, supplier, komunitas, juga pemerintah. Meski tak semua bantuan harus kita ambil karena ingin mandiri, tak berarti kita tidak menjalin hubungan baik. Hubungan baik adalah pelumas bagi roda kita supaya berjalan lancar. Jadilah UKMer yang luwes. Bisnis hanyalah satu dari sekian banyak identitas kita. Hubungan yang bermakna, merangkum semuanya.
Yakinlah pada Mimpi dan Terus Berjuang
Terakhir, tentang mimpi, dear UKM. Kita seringnya tidak percaya akan sesuatu, sampai ada orang yang membuktikan, atau kita sendiri justru bisa melampauinya. Mimpi-mimpi UKM juga demikian. Menjadi UKM itu mungkin saat ini, kita tidak tahu 5 – 10 tahun lagi. Toh dari cerita orang-orang, Alfamart juga berasal dari sebuah toko kelontong, bukan?
Percayalah dengan mimpi-mimpi kita, terus mendaki, fokus, abaikan keluhan. Mudah-mudahan kesungguhan kita menjadi bernilai dan menjadi jalan mempermudah naik ke kelas usaha yang diimpikan. Dear UKM, ini akhir chapter pertama, terima kasih ya, sudah membaca.
Penulis. Lutfiel Hakim – Praktisi Bisnis.