Apa Itu Gaya Hidup Slow Living, Kota Mana Yang Cocok Buat Tinggal?

Wisata, Bericuan.id – Belakangan ini, konsep gaya hidup slow living kian populer, terutama di kalangan milenial dan Gen Z. Gaya hidup ini menawarkan solusi untuk melawan tekanan hidup modern yang serba cepat dan melelahkan. Namun, apa sebenarnya gaya hidup slow living itu dan mengapa banyak orang mulai mengadopsinya?
Slow living adalah filosofi hidup yang menekankan pada pelambatan ritme kehidupan. Dimulai dari gerakan slow food di Italia pada 1980-an oleh Carlo Petrini, gerakan ini awalnya bertujuan mempromosikan makanan berkualitas yang mendukung tradisi lokal dan kesejahteraan petani.
Konsep ini kemudian berkembang menjadi gaya hidup yang menolak rutinitas monoton dan memprioritaskan hal-hal esensial.
Menurut Handayani, seorang praktisi sosial dari Bengkulu, slow living membantu seseorang mematikan “mode otomatis” dalam hidup. Dengan begitu, kita lebih mampu menentukan prioritas dan meningkatkan kualitas hubungan, baik dengan keluarga maupun teman. Misalnya, komunikasi dalam keluarga menjadi lebih bermakna, tidak hanya sekadar basa-basi, tetapi fokus pada interaksi yang memperkuat relasi.
Manfaat Gaya Hidup Slow Living
Mengadopsi gaya hidup ini memberikan banyak manfaat, antara lain:
- Mengurangi Tekanan Sosial: Media sosial sering kali menjadi ajang pamer yang memicu rasa insecure. Slow living membantu kita lebih fokus pada apa yang penting dalam hidup tanpa terpengaruh oleh standar orang lain.
- Kualitas Hidup yang Lebih Baik: Dengan ritme hidup yang lebih lambat, kita memiliki waktu untuk menikmati momen sehari-hari, seperti berolahraga, membaca, atau sekadar menikmati kopi pagi.
- Meningkatkan Hubungan: Filosofi ini mendorong hubungan yang lebih dekat dan bermakna dengan orang-orang di sekitar kita.

Kota Terbaik untuk Slow Living di Indonesia
Jika Anda tertarik menjalani gaya hidup slow living , beberapa kota di Indonesia sangat cocok untuk gaya hidup ini. Menyadur dari analisis Harian Kompas, berikut lima kawasan terbaik untuk gaya hidup slow living :
- Kedu Raya: Meliputi Kabupaten Purworejo, Temanggung, Wonosobo, Magelang, dan Kota Magelang.
- Tasikmalaya Raya: Kawasan ini mencakup Kabupaten Tasikmalaya, Pangandaran, Ciamis dan Garut, serta Kota Banjar dan Tasikmalaya.
- Banyumas Raya: Dari Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, dan Cilacap.
- Malang Raya: Kabupaten Malang, Lumajang dan Probolinggo serta Kota Malang, Probolinggo, dan Batu, cocok untuk pecinta suasana pegunungan.
- Kedungsepur: Menggabungkan keindahan Kabupaten Semarang, Demak, Grobogan, dan Kendal serta Kota Semarang dan Salatiga.
Kota-kota ini dipilih karena memiliki biaya hidup rendah, infrastruktur memadai, dan lingkungan yang mendukung gaya hidup santai. Bahkan, Solo menjadi kota paling populer di media sosial untuk slow living, diikuti oleh Yogyakarta dan Salatiga.
Gaya hidup slow living bukan berarti bermalas-malasan, tetapi tentang memilih hidup yang lebih sadar dan bermakna. Di tengah tekanan hidup modern, mungkin inilah saatnya untuk melambat sejenak, menata ulang prioritas, dan menikmati hidup secara lebih berkualitas.
Mulailah dengan langkah kecil, seperti mematikan notifikasi media sosial atau meluangkan waktu bersama keluarga. Siapa tahu, Anda akan menemukan kebahagiaan sejati dalam kesederhanaan. (*)







