Gurihnya Cuan Bisnis Maraton, Ternyata Modal Hobi Bisa Hasilkan Miliaran!

Gelaran Sport BizTalk yang berlangsung hangat di Wolf Espresso/Sentosa Resto Senayan, Komplek Olahraga Bung Karno, pada Kamis (23/10/2025) pukul 19:00 WIB, sukses membedah tuntas potensi dan peluang besar di balik dunia lari bertajuk “Gurihnya Bisnis Maraton: Dari Hobi ke Cuan.”
Acara yang merupakan kolaborasi apik dari KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada), Komunitas Memberi, TDA (Tangan Di Atas), dan Kagama Runners ini menghadirkan empat narasumber yang mewakili berbagai sisi industri: Yulia (Owner Moz5 Salon Muslimah), Bayu (Pelari Enam Bintang World Marathon Major), Andrian Chaniago (Mantan Direktur Vale & Pelari Ultraton), serta Lucky (Divisi Sport Holiday Golden Rama Travel).
Bukan Sekadar Olahraga, Tapi Me Time Berbuah Cuan
Yulia, pengusaha di balik Moz5 Salon Muslimah, berbagi kisah inspiratifnya. Ia mulai menikmati lari pada 2019, tepat saat pandemi melanda. Baginya, berlari telah menjelma menjadi me time sejati, sebuah cara efektif untuk melepaskan segala penat dan tuntutan bisnis.
Pengalaman serupa datang dari Andrian Chaniago. Setelah sempat dirawat sakit pada 2013, ia mulai serius berlari pada 2014, diawali dengan JakMar 5K. Perlahan, lari menjadi candu sehat, membawanya menuntaskan Full Marathon (FM) pertamanya di Chicago pada 2015, dan kini telah menamatkan tiga kali World Marathon Major (WMM), bahkan menyelesaikan lari ekstrem 100K di Hong Kong. Kisah para pelari ini menunjukkan bagaimana lari tak hanya memperbaiki kesehatan fisik, namun juga mental.

Peluang Bisnis Maraton di Panggung Dunia
Potensi bisnis maraton semakin terkuak dari perspektif para pelari dunia. Bayu, seorang alumni KAGAMA, yang memulai lari intensif sejak 2012 dan rutin mengikuti berbagai event lari, telah berhasil menuntaskan enam seri WMM, mulai dari Berlin (2017), Chicago (2018), New York (2019), London (2022), hingga Tokyo (2023 dan 2024).
Ia memberikan gambaran nyata betapa besarnya perputaran uang di balik partisipasi maraton skala dunia. Sebagai contoh, estimasi biaya untuk mengikuti New York Marathon bisa mencapai puluhan juta Rupiah.
“Tiket pesawat PP ke New York bisa sekitar Rp 15 juta, hotel Rp 1,5 juta per malam, dan BIB (nomor peserta) saja sudah sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 4 juta, belum termasuk biaya makan harian yang bisa mencapai $150,” jelas Bayu. Angka fantastis ini menunjukkan betapa besarnya ceruk industri olahraga lari yang siap dibidik.
Agen Perjalanan Khusus Sport Event Meraup Untung
Peluang emas ini ditangkap oleh agen perjalanan seperti Golden Rama Travel. Lucky, dari divisi Sport Holiday perusahaan tersebut, fokus pada produk-produk khusus sports. Ia mengakui bahwa permintaan paket travel untuk event seperti Berlin Marathon, Tokyo Marathon, dan seri WMM lainnya selalu tinggi dan konsisten.
Bisnis event organizer lari dan jasa sport tourism seperti ini terus tumbuh subur seiring bertambahnya pelari.

Tren Lari yang Abadi Menurut Pakar Pemasaran
Yuswohadi, seorang Marketing Expert sekaligus moderator acara, menutup diskusi bertema bisnis maraton dengan memberikan pandangan makro mengenai masa depan bisnis maraton dan olahraga lari.
Ia menekankan bahwa lari, seperti halnya sepak bola dan futsal, adalah olahraga yang sudah ada sejak dulu, sehingga trennya cenderung abadi. “Berbeda dengan padel yang baru menjadi trend dan menjamur lapangannya belakangan ini. Setiap trend pasti mencapai puncak dan akan menurun,” ujar Yuswohadi.
Khusus untuk olahraga lari, ia memprediksi trennya mungkin akan turun sesaat dan sedikit melandai, tetapi dengan grafik yang secara fundamental tetap naik. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa investasi di sektor lari memiliki prospek jangka panjang yang sangat cerah. (*)







