BisnisInsight

Penilaian Perusahaan: Kunci Sukses dalam Memaksimalkan Investasi

Investasi bisnis

Bisnis, Bericuan.id – Penilaian Perusahaan adalah salah satu pintu masuk penting berinvestasi. Secara umum, aktifitas bisnis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu aspek strategis dan aspek operational.

Aspek Strategis

Untuk menyederhanakan, aspek strategis kita ibaratkan dengan cara kita memandang bisnis sebagai entitas usaha.

Untuk memahami ini, kita perlu melihat bisnis dalam kacamata bisnis sebagai sebuah bangunan utuh yang memiliki nilai tersendiri. Pendeknya, aspek strategis bisnis bertujuan membangun nilai sebuah perusahaan.

Aspek Operasional

Aspek berikutnya adalah aspek operasional atau aspek taktis. Aspek ini adalah aktifitas bisnis secara umum, harian, atau aspek fundamental. Aspek operasional juga mencetak nilai.

Bedanya, nilai yang dicetak atau dibangun adalah nilai produk, yang berhubungan dengan konsumen untuk kelangsungan bisnis. Aspek fundamental berujung pada rasio finansial karena itu berhubungan sangat erat dengan penilaian terhadap baik buruknya kinerja perusahaan.

Aktifitas bisnis strategis juga biasanya berhubungan dengan aktifias korporasi. Beberapa contoh aktifitas korporasi yang strategis ini adalah IPO (Initial Public Offering), pembagian laba perusahaan atau dividen, stock split, reverse stock split, ESOP (Employee Stock Opname Plan), right issue, merger dan akuisi dan lain – lainnya.

Sementara itu, contoh aktifitas bisnis operasional adalah strategi marketing, strategi efisiensi, rencana kerja departemen, perekrutan SDM dan aktifitas harian lainnya.

Apa Pentingnya Penilaian Perusahaan bagi Pebisnis?

Sebuah usaha atau bisnis yang didirikan, sebagaimana suatu produk, sebenarnya memiliki nilai begitu dimulai. Kita umpamakan sepetak sawah. Selain menghasilkan hasil bumi (padi misalnya), sawah itu sendiri memiliki nilai jika dijual. Begitu pula sebuah perusahaan.

Lalu, apakah menjual perusahaan menjadi satu – satunya alasan bagi pebisnis untuk mengetahui berapa nilai perusahaannya?

Tentu saja bukan. Yang menarik dari perusahaan adalah, dia sudah berdiri sebagai sebuah entitas. Berbeda dengan sepetak sawah yang bukti kepemilikannya tertuang dalam selembar sertifikat tunggal, bukti sah kepemilikan perusahaan dituangkan dalam bentuk lembar saham yang dinamis dalam jumlah tertentu.

Lembar saham ini bisa dikurangi (reverse split), bisa diperbanyak dengan penambahan (right issue), juga bisa diperkecil (split), dilepas sebagiannya (divestasi), dengan tetap mempertahankan kepemilikan dalam satu entitas, atau bahkan dijual seluruhnya (exit).

Seorang maestro bisnis di Indonesia, James Riady, mengumpamakan seseorang yang membangun bisnis sebagai proses membangun sebuah blok bangunan (building block). Setiap tahapan yang dikerjakan pebisnis pada dasarnya harus memberikan nilai tambah.

Sebagai contoh, saat suatu perusahaan mempunyai ide atau konsep bisnis baru, perusahan tersebut telah menciptakan suatu nilai baru.

Kemudian ketika perusahaan tersebut didirikan sebagai badan hukum atau PT yang menampung dan menjalankan konsep atau ide tersebut, nilai perusahaan bertambah lagi.

Ketika perusahaan tersebut mendapatkan izin dari ototirast yang relevan untuk menjalan ide tadi, nilai perusahaan kembali bertambah.

Terus demikian sampai perusahaan akhirnya terealisasi menjadi bisnis yang nyata dan perusahaan baru itu mendapatkan pelanggan pertama dan menjalankan aktifitas bisnis yang besar.

Lutfiel Hakim – Praktisi Bisnis (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button